sinopsisepisode 1 Tahun 1989 - Seorang remaja laki-laki bangun di tengah malam untuk menemukan tempat yang berdengung dengan aktivitas. Ia cemas saat ia mengelilingi lorong-lorong belakang dan akhirnya melintasi jalan dengan kepala penasihat Eun Kyu-TAE (Lee Soon-jae). Busur manusia, "Putra Mahkota."

Contents 1 Details 2 Synopsis 3 User/Viewer Ratings 4 Cast 5 Production Credits 6 Recognitions 7 Episode Ratings 8 External Links Details Title 더킹 투하츠 / The King 2 Hearts Previously known as 킹 King / 더킹 The King / 킹 투허츠 King 2 Hearts Genre Romance, Comedy, Action Episodes 20 Broadcast network MBC Broadcast period 2012-Mar-21 to 2012-May-24 Air time Wednesday & Thursday 2155 Original Soundtrack The King 2 Hearts OST Synopsis The King 2 Hearts is set in modern day where South Korea is governed by a constitutional monarchy. Lee Jae Ha Lee Seung Kiis a handsome and materialistic crown prince that doesn't care about politics. His life turns upside down when his brother forces him to join a team consisting of soldiers from North and South Korea to join a World Officers Competition. Kim Hang Ah Ha Ji Won is a North Korean special forces agent who doesn't have experience in love or dating. Although she is tough and brave, she has a warm heart and naive, wishing to get married and live life peacefully. When her comrade convinces her to join the Korean team for WOC, she meets the cocky prince and they immediately start a love-hate relationship. Things take a drastic change when they find out that their families have been planning for their eventual wedding... User/Viewer Ratings Cast The King 2 Hearts Correlation chart Main Cast Lee Seung Ki as Lee Jae Ha 30 Kang Han Byul as young Jae Ha Ha Ji Won as Kim Hang Ah 30 Jo Jung Suk as Eun Shi Kyung 27 Yoon Je Moon as Kim Bong Goo / John Mayer Lee Yoon Ji as Lee Jae Shin 26 The Royal Family Lee Sung Min as Lee Jae Kang Park Gun Tae as young Jae Kang Yoon Yeo Jung as Bang Yang Sun Lee Soon Jae as Eun Kyu Tae WOC Members Jung Man Shik as Ri Kang Suk Kwon Hyun Sang as Yeom Dong Ha Choi Kwon as Kwon Young Bae Extended Cast Lee Do Kyung as Kim Nam Il Hang Ah's father Jun Gook Hwan as Hyun Myung Ho Samantha Kim Daniel 사만다 김 as Bon Bon Yum Dong Hun as Park Ho Chul Lee Yun Kyung as Park Hyun Joo Lee Shi Un as Hang Ah's first love Ra Mi Ran as the head of Royal Court Choi Min as South Korean Instructor Yoo Jae Myung Fabien Production Credits Chief Producer Oh Kyung Hoon Director Lee Jae Kyu, Jung Dae Yoon Assistant Director Choi Hyun Sung Screenwriter Hong Jin Ah, Hong Ja Ram Recognitions 2012 MBC Drama Awards Mini Series Excellence Actress Lee Yoon Ji 2012 7th Seoul International Drama Awards Outstanding Korean Drama Outstanding Korean Drama OST - "Missing You Like Crazy" The King 2 Hearts OST by Taeyeon 2012 1st K-Drama Star Awards Special Child Actor Award Park Gun Tae Episode Ratings See The King 2 Hearts/Episode Ratings External Links Official site News articles 1

SinopsisKamis, 07 Juni 2012 Sinopsis The King 2 Hearts Episode 20 - End Hang-ah meronta-ronta dan berteriak pada ayahnya kalau ia dan Jae-ha tak terpisahkan. "Cukup!" bentak ayah Hang-ah. Hang-ah terkejut, ayahnya tak pernah bersuara keras seperti ini padanya. "Kalau begitu apa kau kau akan baik-baik saja jika kau tidak bisa melihat Ayah lagi? “Musuh negara Lee Jae-ha. Bunuh begitu terlihat. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku menuruti perintah itu?” tanya Hang-ah pada Jae-ha yang terpana di lantai. “Aku akan bersikap baik,” ujar Jae-ha cepat. “Katakan saja apa yang kauinginkan dan aku akan melakukannya sebaik-baiknya.” Hang-ah tersenyum dan melepaskan tongkat pel yang tadi ia pakai untuk menahan Jae-ha. Hang-ah berkata ia tadi hanya bercanda. Ia datang ke sini untuk berlatih jadi untuk apa ia membunuh Jae-ha. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Jae-ha berdiri. Jae-ha menghindar ketakutan dan melihatnya dengan curiga. Hang-ah menarik kerah baju Jae-ha dan menariknya berdiri. “Jangan takut,” kata Hang-ah sambil menepuk dada Jae-ha, ”Dulu memang sering terjadi hal seperti ini antara Korut dan Korsel tapi sekarang kita hidup dalam masa damai dan saling mengerti.” Sekali lagi ia berkata ia hanya bercanda dan ia berharap mereka bisa bekerja sama dengan baik di masa yang akan datang. Jae-ha sepertinya benar-benar ketakutan karena ia tidak berani berbicara satu patah katapun. Seakan-akan jika ia salah bicara maka habislah riwayatnya. “Mengapa wajahmu seperti itu? apa kau pikir aku akan memakanmu hidup-hidup?” tanya Hang-ah dengan nada bergurau. “Ayo bersemangatlah!” ujarnya seakan-akan tidak pernah terjadi apapun. Frankfurt, Jerman. Seorang pria tua terbaring sakit. Ia diperiksa oleh dokter asing. Pria tua itu melihat ke ujung tempa tidurnya, pada seorang pria berwajah sedih yang memotongi kuku kakinya. Pria tua itu tersenyum dan memberi isyaat agar para dokter pergi. Tampaknya pria tua itu seorang yang sangat kaya atau paling tidak sangat berpengaruh karena ia dirawat dalam kamar yang sangat luas. Begitu para dokter pergi. Pria berbaju merah yang memotongi kuku pria tua segera menghambur ke sisi pembaringan. Ia memegangi tangan si pria tua dan menangis. “John, Ayah minta maaf. Ayah terlalu mengabaikanmu,” kata si pria tua. “Tidak, Ayah. Ayah memberiku sesuatu dan itu cukup bagiku,” kata pria bernama John Yoon Jae-moon itu sambil menangis. John tampaknya sudah berumur namun sikapnya agak aneh, seperti anak-anak. Ia mengeluarkan sebuah bolpen. Ternyata ia adalah anak yang dulu menikam Jae-ha dengan bolpen dan menulis di jendela. Bolpen itu adalah hadiah Natal dari ayahnya. “Teman-temanku sangat iri karena bolpen ini dari Amerika. Jadi Ayah, tolong…,” John menangis. Pria tua itu mengulurkan tangannya. John menyalakan musik. Ayah John menyingkap selimutnya dan mengeluarkan sebuah map berisi surat wasiatnya. “Surat ini kutulis bersama pengacaraku. Mulai sekarang, kau akan menjadi pemilik Klub M.” John terpana melihat surat itu. Ia menangis keras dan bertanya mengapa ayahnya berkata demikian. Ayahnya meminta segelas air minum. John berdiri dan membawa map wasiat ke ujung kamar yang jauuuuuh untuk menelepon perawat. Ia berkata ayahnya menginginkan segelas air. Raja Jae-kang mendapat laporan dari Sekretaris Eun bahwa komisi gencatan senjata di PBB telah menyetujui kerjasama Korut dan Korsel. Amerika dan Cina sedang mengawasi setiap perkembangan dengan ketat. Jae-kang berkata PBB tidak memiliki alasan untuk tidak menyetujuinya tapi harus dipastikan agar mereka tidak menemukan alasan untuk membubarkan krejasama ini. Jika Korut dan Korsel bersatu maka akan menjadi nergara besar yang harus diwaspadai dunia Jae-kang menghela nafas panjang. Sekretaris Eun bertanya apakah Raja ingin tahu berita terakhir mengenai Klub M. Raja berkata akhir-akhir ini tampaknya tidak ada pergerakan. Sekretaris Eun melaporkan Tn. Mayer saat ini sedang sakit parah dan sudah ada beritanya. Sepertinya untuk sementara Klub M akan berkutat dengan masalah internal mereka. “Siapa yang akan mengalami kerugian terbanyak dengan adanya WOC?” tanya Raja. “Tentu saja Klub M,” jawab Sekretaris Eun. Klub M adalah penjual senjata. Menjual senjata untuk mendapatkan uang. Mereka memiliki jaringan luas yang tersebar di seluruh dunia. Tidak ada yang tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Sekretaris Eun berkata ia akan mencari tahu lebih banyak. Seoang wanita asing, yang sudah pasti bukan seorang perawat dandanannya menyeramkan dan alisnya ditindik, membawa segelas air ke kamar Tn. Mayer pria tua yang terbaring sakit. John duduk dengan wajah tegang sambil menekan-nekan bolpennya hingga terdengar suara “klik” terus menerus. Wanita itu berjalan melewati John tanpa melirik sedikitpun. Setibanya di sisi pembaringan Tn. Mayer, wanita itu mengeluarkan alat suntikan dan menyuntikkan sesuatu ke dalam selang infus. Tn. Mayer membuka matanya dan mulai kejang-kejang. Bunyi “ klik” dari bolpen John semakin cepat dan semakin intens. Tiba-tiba hening… Tn. Mayer meninggal dunia. Tanpa berkata sepatah katapun John turun ke ruangan bawah yang sepi. Ia melhat map berisi surat wasiat dan bolpen di kedua tangannya. Pelan-pelan senyum mengembang di wajahnya. Lalu ia mulai tertawa terkikik dan berguling di lantai. Crazy I’d said >,,< Raja berkata ia mengerti, ia minta ayah Hang-ah jangan khawatir. Ia bisa melihat ayah Hang-ah sangat menyayangi puterinya. Ia bertanya-tanya apa rencana ayah Hang-ah untuk menikahkan puterinya kelak. [Bersambung ke BAGIAN 2] Komentar Episode 2 semakin seru karena kita semakin mengenal para tokohnya. Aku menyukai kekompakan tim Utara dan Kang-seok yang sangar menambah kelucuan walau kadang tidak bisa melupakan kalau ia adalah Manajer Jang yang telah menampar Ae-jung di The Greatest Love. Persahabatan dan perasaan senasib mulai menyatukan kedua tim kecuali Jae-ha. Ada ketegangan, aksi, orang gila, tapi juga banyak adegan dan ucapan kocak^^ Jae-ha bener-bener parah. Wajar kalau semua orang tidak menyukainya karena ia sangat kekanakkan dan egois. Dan Shi-kyeong…ngga nyangka kalau Shi-kyeong berhati sangat lembut dibalik penampilannya yang kaku. SinopsisThe King 2 Hearts Episode 1 (Bagian 1) Awalnya aku agak ragu dengan drama ini karena trailernya tampak berat dan serius. Itulah sebabnya aku tidak berani memastikan drama ini menjadi proyek berikutnya walau drama ini sudah berada dalam radarku. Tapi setelah aku menonton episode pertamanya, aku langsung jatuh cinta. Terutama pada Ha Ji-won.

[SINOPSIS BAGIAN 1] Mereka sudah tiba di istana. Hang-ah, Kang-seok, dan Kwon Young-bae Choi Kwon, diperiksa oleh pihak keamanan istana. Ketiganya diperiksa dengan detektor metal. Niiit…detektor itu berbunyi di dekat bahu Hang-ah. Hang-ah diminta melepaskan seragam luarnya. Hang-ah sebenarnya merasa terhina dengan perlakuan ini tapi ia menahannya dan membuka seragam luarnya. Kedua temannya melakukan hal yang sama. Masalahnya detektor logam itu terus berbunyi di dekat kaki Young-bae karena kakinya dipasangi pin logam setelah mengalami kecelakaan. Kepala keamanan melihatnya dengan curiga. Young-bae melepas kaus kakinya untuk membuktikan ia tidak berbohong. Tapi pihak keamanan tetap tidak memperbolehkan Young-bae masuk. Kang-seok melangkah maju. Ia menganggap ini sudah keterlaluan. Bukankah Young-bae sudah bertelanjang kaki? Hang-ah menahan Kang-seok. Ia berkata baik-baik bahwa mereka diundang ke istana. Hang-ah melangkah maju untuk menjelaskan. “Jangan mendekat!!” bentak kepala keamanan. Raut wajah Hang-ah langsung berubah. Senyum menghilang dari wajahnya. “Robek itu!” ujarnya. Keduanya rekannya menatap Hang-ah. “Ia tidak mempercayai kita. Terserah mau menggunakan jari atau gigimu, robek itu. Biarkan ia melihat pin-nya,” Hang-ah berbicara dengan tegas sambil menatap tajam kepala keamanan itu. Kepala keamanan terlihat sedikit takut. “Tunggu sebentar,” Sekretaris Eun menghampiri mereka. Ia berkata pihak keamanan sedikit sensitif karena Raja secara pribadi mengundang mereka. Ia mempersilakan mereka mengenakan seragam mereka dan mengikutinya masuk. Raja sedang berbincang-bincang dengan ayah Hang-ah ketika ketiganya masuk. Dengan ramah, ia menyambut mereka. Ketiganya langsung berbaris dengan sikap sempurna dan memberi hormat pada Raja. Raja menatap mereka dengan kagum. Setelah melihat sendiri pejabat militer dari Utara, semuanya menjadi begitu nyata. Ketiganya memperkenalkan diri pada Raja yang menjabat tangan mereka. “Letnan Dua Tentara Rakyat Korea, Kwon Young-bae.” “Letnan Satu Tentara Rakyat Korea, Rhi Kang-seok.” “Kapten Tentara Rakyat Korea, Kim Hang-ah.” Ayah Hang-ah memperkenalkan puterinya pada Raja. Raja memperkenalkan dirinya. “Aku adalah Raja Republik Korea Selatan, Lee Jae-kang.” Hang-ah tersenyum. Payah nih Hang-ah, tiap liat cowo hangat dan baik pasti langsung tertarik^^ Raja mengajak mereka menikmati hidangan sambil berbincang-bincang. Raja berjalan mendahului mereka. Hang-ah berbisik pada ayahnya, apakah hari ini mereka akan melihat tim Korsel yang akan ikut WOC. Ternyata Raja mendengarnya. Ia berbalik. “Tidak, kau akan melihat mereka besok.” Ia meminta Hang-ah mengurus seseorang dari tim itu. Seseorang yang benar-benar pembuat masalah. Dan siapa lagi orangnya kalau bukan pangeran kita Lee Jae-ha? Ia senang sekali karena akhirnya ia sudah menyelesaikan pelatihannya. Jae-ha menjadi perwira pertama dari keluarga kerajaan yang menyelesaikan wamil. Untuk ketulusannya, ia mendapat hadiah berupa lencana. Jae-ha senang sekali. Saking senangnya ia langsung menandatangani dokumen pengeluarannya dan sebuah dokumen lainnya tanpa dibaca lagi. Bahkan mengganti pensil dengan bolpen…yang artinya tidak bisa dihapus lagi. Jae-kang datang untuk menjemput adiknya. Ketika semua orang memberi hormat dengan sikap sempurna, Jae-ha memberi hormat dengan gayanya sendiri. Jae-kang tersenyum geli melihat adiknya. Setelah Jae-ha mengucapkan sumpah setia pada negara, Jae-kang menyematkan lencana di seragamnya. Jae-ha mengedipkan mata pada kakaknya. Jae-kang menepuk pipi adiknya dengan penuh kasih sayang. Mereka pulang bersama. Jae-kang menyarankan agar Jae-ha beristirahat selama perjalanan. Jae-ha bercerita ia tidak bisa tidur semalaman karena tahu akan keluar hari ini. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan gadis-gadis seksi dalam mimpinya dan ingin memimpikannya lagi. Lalu ia bersandar dan memejamkan matanya. Raut wajah Jae-kang berubah…merasa bersalah? Sekretaris Eun membangunkan Jae-ha yang masih tertidur di mobil. Jae-ha bingung mengapa mereka tidak ke Istana Baru, apakah mobil mereka mogok. Sekretaris Eun malah menyuruh Jae-ha menonton TV. Perdana Menteri sedang mengumumkan keikutsertaan Korea Utara dan Selatan dan untuk membuktikan dukungan keluarga kerajaan pada acara itu maka adik Raja sendiri akan menjadi pesertanya. Jae-ha terperangah. “Siapa itu? A…Aku??” tanyanya shock. Ini sih keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau. Jae-ha protes pada kakaknya. Apakah kakaknya akan membiarkannya mengikuti pelatihan militer lagi? Bersama tentara Korea Utara?Dengan polos Jae-kang mengangguk. “Kakak, ada apa denganmu?” rengek Jae-ha, “Baru beberapa jam lalu aku dikeluarkan dari wajib militer.” “Benar, aku juga ingin melindungimu. Tapi kau sendiri yang melakukannya.” Jae-kang menyodorkan dokumen yang tadi ditandatangani Jae-ha tanpa membacanya lebih dulu. Jae-ha melihat dokumen-dokumen itu dan menyadari telah ditipu kakaknya. Jae-kang tertawa. Jae-ha mencoba membujuk kakaknya, ia hanya seorang sersan, tidak akan menang melawan perwira tentara. Jae-kang berkata tidak apa-apa jika Jae-ha kalah. “Kak, apa kau memperalatku untuk kedamaian Utara dan Selatan?” “Biarkan aku memperalatmu kali ini saja. Kumohon,” sahut Jae-kang tenang. Jae-ha berkata kakaknya tidak bisa melakukan ini padanya. Selama ini ia selalu mendukung Jae-kang. Dalam sejarah begitu banyak adik Raja yang membunuh Raja untuk menduduki tahta. Tapi ia selalu khawatir kakaknya terluka, dan ia juga bersedia menjadi orang jahat untuk menjaga semuanya tetap terkendali jadi inget Yang Myung. Jae-kang mengingatkan bukankah Jae-ha yang tidak ingin menjadi Raja? Menganggap kematian lebih baik daripada menjadi seorang Raja? Jae-ha bertanya apakah kakaknya melakukan ini karena ayah mereka. Mengapa Jae-kang begitu keras kepala mengenai WOC ini? Jae-kang menatap adiknya dengan serius. Ia bertanya apakah Jae-ha tahu apa yang selama ini terus ia pikirkan berulang-ulang. Ia ingin perdamaian. Tidak hidup dalam ketakutan akan perang. Jae-ha bertanya bagaimana bisa sebuah kompetisi menyelesaikan masalah itu. Bukankah perang masih terjadi di dunia ini? Jae-kang berkata ia ingin memperlihatkan pada dunia kalau Utara dan Selatan telah bersatu hingga negara lain tak bisa ikut campur lagi. “Mengapa harus kita yang melakukannya? Mengapa harus kakak?” Jae-kang tersenyum sedih. “Apa karena kakak seorang Raja? Benar, kita anggota keluarga kerajaan. bukan pada jaman Joseon tapi keluarga kerajaan abad 21. Apa kakak tahu artinya? Itu artinya kita hanya….boneka.” Senyum Jae-kang menghilang. Jae-ha berkata ia berterima kasih pada rakyat yang telah membayar pajak mereka dan ia akan melakukan sesuatu bagi rakyat. Tapi bukan dengan memperlihatkan perdamaian antara Utara dan Selatan. Rakyat bahkan tak peduli dengan hal itu. “Mereka hanya menginginkan kita tersenyum dan melambai, yang akan memuaskan fantasi mereka. Kita itu apa? Hanya mannequin boneka pajangan. Mannequin Republik Korea Selatan. Apa kakak tidak tahu? Sebenarnya apa yang Kakak inginkan?” Jae-kang menatap marah adiknya. Sementara itu, Hang-ah diwawancarai oleh para pejabat militer Korut dan Korsel. Atasannya mengingatkan tanggung jawab Hang-ah sebagai pemimpin tim. Komandan dari Korsel bertanya bukankah Hang-ah dari kesatuan khusus? Terlebih lagi, instruktur kesatuan khusus? Tugas kesatuan khusus adalah mengacaukan lawan dengan melakukan penghancuran dan pembunuhan. Bisakah seseorang dengan latar belakang seperti itu menjadi pemimpin tim Utara dan Selatan? Atasan Hang-ah membelanya, itu kan di masa lalu mengapa mengungkitnya lagi. Kedua petinggi itu mulai berdebat. “Benar, aku melatih tentara untuk menghancurkan dengan bom dan membunuh. Tapi itu hanyalah pekerjaan. Sudah lama sekali sejak aku mengajarkan hal itu dan aku hanya bisa mengingatnya dengan samar-samar.” Ia berkata ia bersedia dipecat jika ia tidak melakukan tugasnya dengan baik. Ia mengucapkannya dengan lucu hingga komandan Utara dan Selatan sama-sama tertawa. Komandan Selatan pun sudah tidak bersikap kaku lagi. Ia bertanya apakah Hang-ah sudah bertemu dengan anggota dari selatan. “Aku sudah membaca profil mereka…tapi ada satu orang…” “Oooh dia..Dia akan datang. Tapi dia bukan orang biasa. Dia adalah Pangeran. Adik Raja.” Hang-ah terkejut. Kembali pada percakapan dua kakak beradik yang mulai memanas. “Kau benar. Kita tidak memiliki wilayah sendiri seperti keluarga kerajaan Inggris. Kita juga tidak dilihat sebagai penerima mandat dari surga seperti di Jepang. Kita hidup dari pajak…” “Itulah sebabnya…” “Itulah sebabnya, kau harus bekerja untuk setiap uang yang kau peroleh. Apa yang kaulakukan selain menelan pajak negara?” sigh….aku berharap seandainya saja semua orang dalam pemerintahan kita berpikir seperti Jae-kang >,< “Tapi aku mengikuti wamil.” “Itu adalah kewajiban.” “Apa kakak tidak tahu aku adalah harapan dan impian tiap wanita?” Jae-kang berkata itu di masa lalu, saat Jae-ha berusia 20-an. Apa Jae-ha tidak tahu julukan barunya? Pangeran bujangan yang malas dan mengganggu. Jae-ha tak percaya. Banyak pemuda yang menjadikannya teladan. Mereka berharap bisa seperti dirinya yang pandai bersosialisasi dan bisa berbicara dengan banyak wanita. Sepertinya ini bukan hal yang baru yang diungkit Jae-ha karena Jae-kang langsung mengeluarkan selembar kertas hasil survey. “52 % warga negara pria dalam negara ini menginginkanmu dikeluarkan dari istana. Mereka tidak tahan melihat kecongkakanmu.” Jae-ha bergumam mengapa tidak ada perubahan setelah ia mengikuti wamil. “Karena ini adalah prinsip. Kembalikan sebanyak yang kauterima. Ibu menyediakan makanan bagi para tunawisma. Ia mengerjakan uang pajak yang kita terima. Aku mempromosikan peningkatan kebudayaan dan juga melalui WOC. Tapi, apa yang telah kaulakukan selama ini? Kau bergantung pada pajak rakyat untuk hidup.” Jae-ha tak bisa membantah perkataan kakaknya karena semua itu benar. Tapi ia belum mau menyerah. “Mari hentikan ini. Jika aku mengatakan satu per satu apa yang telah kulakukan, Kakak bahkan tidak sanggup menghitungnya. Aku hanya tidak ingin diketahui orang lain. Sungguh memalukan untuk mengatakannya sendiri.” “Tak apa-apa, sebutkan satu saja hal apa yang sudah kaulakukan. Aku tidak akan memaksamu mengikuti WOC.” “Aku tidak bisa.” “Kalau begitu tinggalkan istana.” Jae-ha terhenyak. “Aku tidak memerlukan orang yang makan dan minum dengan gratis dan masih menerima pajak. Kau bisa meninggalkan istana.” Jae-kang berdiri meninggalkan Jae-ha. Jae-ha memanggil kakaknya tapi Jae-kang tak bergeming. Sekretaris Eun membacakan perintah Raja untuk Jae-ha. “Mulai hari ini dan seterusnya, Lee Jae-ha dikeluarkan dari istana. Semua biaya hidupnya tidak akan ditanggung negara. Lee Jae-ha terancam kehilangan status keluarga kerajaan. Jika Lee Jae-ha menyetujui persyaratan berikut, ia akan dikembalikan pada status semula. Apakah kau bersedia mengikuti WOC atau meninggalkan istana dan menjadi rakyat biasa?” “Pelatihannya….sebulan?” “WOC diadakan 6 bulan yang akan datang. Pangeran harus berlatih selama sebulan,” jawab Sekretaris Eun. Jae-ha mengangguk seperti anak kecil yang baru dimarahi orang tuanya. “Puteraku sebagai pemimpin tim dari Selatan akan menjalani pelatihan bersama Pangeran. Jika ada pertanyaan, bisa tanyakan padanya. ” Jae-ha mengangguk mengerti. Tapi begitu Sekretaris Eun hilang dari pandangan, sikap menurutnya hilang. Ia meminta pisau pada prajurit yang bertugas mengantarnya ke asrama. Kedua prajurit itu kebingungan. Tiba-tiba pintu garasi di belakang Jae-ha terangkat. Seorang pria berdiri di dalam. “Siap grak!” perintahnya. Kedua prajurit di luar langsung tegak sementara Jae-ha masih mencoba melihat siapa yang berdiri di dalam. “Siap GRAK!!” Orang itu memerintah lebih keras. Jae-ha tersentak dan pelan-pelan menegakkan tubuhnya. “Maju lima langkah!!” Jae-ha menurut. Begitu berada di dalam, pintu menutup kembali. Lampu dinyalakan. Ternyata itu adalah garasi penyimpanan kendaraan perang. Jae-ha bertanya pada pria yang berdiri di hadapannya. “Siapa kau? Eun Shi-kyeong? Apakah ayahmu bernama Eun Gyu-tae? Kepala Sekretaris kami? Aaa…ternyata kau kaptennya. Aku benar-benar senang,” Jae-ha berceloteh. Eun Shi-kyeong Jo Jung-seok diam tak berkata apapun. “Apa kau mempunyai pisau? Aku ingin…”Jae-ha mengangkat jarinya. “Semua orang boleh menjadi perwira tapi tak semuanya bisa.” ujar Shi-kyeong. “Kau benar, aku bukan perwira. Kalau saja aku tidak menandatanganinya…benar-benar….” Jae-ha menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia melihat berkeliling lalu melihat senjata api yang tersampir di pinggang Shi-kyeong. “Benar…pistol. Aku harus mencobanya. Kau seorang perwira bukan? Mahir menggunakannya, bukan? Tembak menyerempet jariku….seeeeedikitt saja. Bagian yang ini, hanya menyerempetnya. Tapi jangan terlalu serius, cukup membuatnya berdarah sedikit saja. Aku akan mengurus sisanya. Beristirahat selama 2 minggu untuk memulihkan diri sudah cukup.” Shi-kyeong meraih pistolnya. Jae-ha jadi ketakutan, bukankah pistol terlalu berbahya jika meleset sedikit saja. Shi-kyeong malah mengeluarkannya dan mengacungkannya pada Jae-ha. “Di mana? Di sini?” tanyanya mengarahkan pistolnya ke jantung Jae-ha. “Apa yang sedang kaulakukan?” tanya Jae-ha. Ia tak percaya Shi-kyeong berani menembak. Ia menantang Shi-kyeong menembaknya jika memang berani. Shi-kyeong tak bergerak. Jae-ha mengambil senjata itu dari tangan Shi-kyeong dan balik mengacungkannya ke wajah Shi-kyeong. “Bukan begitu caranya menembak. Begini caranya….” DORR!! Jae-ha tersentak kaget. Demikian juga semua yang mendengar suara tembakan itu. Prajurit yang berdiri di luar menggedor pintu menanyakan keadaan Jae-ha dengan khawatir. Tembakannya tidak mengenai Shi-yeong tapi melubangi tembok di belakangnya. Jae-ha menjatuhkan pistol itu. “Senjata itu berpeluru? Apa kau benar-benar ingin membunuhku? Apa kau gila?!” Dua prajurit di luar berhasil masuk. “Aku yang menembakkannya,” ujar Shi-kyeong tenang. Seorang prajurit mengacungkan senjatanya pada Shi-kyeong. Shi-kyeong memungut senjata di lantai dan memberikannya pada prajurit itu. “Laporkan aku,” kata Shi-kyeong. “Aku tadi bercanda. Karena aku bosan, aku bermain-main. Kalian berdua berdirilah di sana!” ujar Jae-ha marah. Ia mendekati Shi-kyeong. “Apakah ayahmu tahu kau seperti ini? Baik aku akui keberanianmu. Tapi bagaimana lagi? Aku seorang yang pendendam. Kau akan mati.” Shi-kyeong menunduk dan tersenyum. “Aku memang membuat frustrasi tapi kau sedikit berbeda dengan rumor yang beredar,” ujarnya. Ia menyuruh dua prajurit tadi mengantar Jae-ha ke asrama. lalu ia pergi meninggalkan mereka. Jae-ha diantar ke kamarnya. Ternyata ia sekamar dengan Kang-seok. Saat ia membuka pintu, ia melihat Kang-seok sedang berlatih bela diri dengan dua tongkat dan melempar jarum panjang hingga menancap di dinding…bagai ninja. Jae-ha terperangah. “Aku tak bisa menahannya lagi,” serunya panik. Ia berlari menemui Komandan Korsel. Jae-ha protes karena sekamar dengan tentara Korut. Sang komandan menjelaskan memang begitulah pengaturannya. Selatan dan Utara dalam satu kamar. “Lalu bagaimana dengan Eun Shi-kyeong? Ia sendirian dalam satu kamar. “Eun Shi-kyeong adalah pemimpin tim selatan jadi…” Jae-ha protes itu namanya meng-anakemas-kan. Dalam dunia demokratis bahkan Pangeran pun harus diperlakukan sama rata. Agar adil ia juga harus mendapatkan kamar sendiri. “Ini adalah peraturan, Pangeran. Kesepakatan ini telah didiskusikan antara utara dan selatan. Semuanya telah direncanakan setahun lalu jadi tidak tepat jika mengubahnya sekarang.” Komandan berkata Shi-kyeong juga harusnya memiliki teman sekamar tapi pemimpin tim Utara adalah seorang wanita. “Wanita? Ada wanita di sini?” tanya Jae-ha tertarik. “Sekamar dengan perwira pria?” tanya Hang-ah terkejut. “Dia adalah Pangeran Korea Selatan yang terakhir bergabung. Tidak ada yang bisa dilakukan pada situasi ini. Kita harus bekerja sama dan menjadi contoh persatuan.” “Bagaimana bisa satu kamar dengan lawan jenis menjadi contoh? Jika hal ini tersebar luas apa yang harus kulakukan?” Komandan menyakinkan Hang-ah semuanya sudah terkendali jadi tidak akan ada rumor. Kang-seok akan sekamar dengan Shi-kyeong. Dengan demikian dua impian Hang-ah mungkin saja terkabul. Pertama, penyatuan dua negara. Kedua, kehidupan cinta Hang-ah terkabul. “Komandan!!” seru Hang-ah kesal. Kedua tim akan bertemu untuk pertama kalinya. Kang-seok mengomel sebenarnya Lee Jae-ha itu orang seperti apa. Shi-kyeong dan seorang perwira masuk. Hang-ah berdiri dan memperkenalkan dirinya sambil menjabat tangan Shi-kyeong. Shi-kyeong meminta maaf karena datang terlambat. “Tidak apa-apa,” ujar Hang-ah cepat sambil menghempaskan tangan shi-kyeong. Ia beralih pada perwira di sebelah Shi-kyeong. “Kau perwira Ryeom Dong-ha, bukan? Aku melihat jurnalmu setiap hari. Aku bahkan merasa telah mengenalmu sejak lama.” Shi-kyeong berdehem dan berjalan menuju tempat duduknya. Hang-ah bertanya mengapa hanya ada mereka berdua. Tepat saat itu Jae-ha memasui ruangan. Hang-ah tahu pria inilah yang akan menjadi teman sekamarnya. Ia mendekati Jae-ha dan mengulurkan tangan. “Aku Kim Hang-ah.” “Salahku untuk mengharapkan seorang wanita,” gumam Jae-ha sambil menghela nafas panjang. Ia berjalan melewati Hang-ah tanpa menjabat tangannya. Hang-ah berkata ia merasa sudah mengenal Jae-ha karena sudah sering melihat data dirinya. “Kau memiliki tahi lalat di bokongmu kan?” bisik Hang-ah. Jae-ha menoleh melihat para perwira lainnya. Mereka pura-pura tidak mendengar percakapan itu. “Bagaimana kau bisa tahu?” bisik Jae-ha. “Selalu ada caranya. Silakan duduk, Komrad Lee Jae-ha.” “Komrad? Kita bertemu berapa lama hingga menjadi komrad?” Komrad= kawan seperjuangan, panggilan untuk sesama perwira di Korea Utara. “Begitukah? Seharusnya aku lebih berhati-hati dengan perkataanku. Aku minta maaf, Lee Jae-ha-sshi. Aku tahu kau adalah adik Raja tapi tidak ada perkecualian. Apa kau mengerti?” Young-bae dan Kang-seok baru mengetahui kalau Jae-ha adalah seorang Pangeran. Hang-ah berjalan menuju tempat duduknya, diikuti Jae-ha. Jae-ha sempat-sempatnya menendang kursi Shi-kyeong sesaat sebelum Shi-kyeong duduk hingga ia terjatuh. Shi-kyeong buru-buru bangkit berdiri dan dengan malu mengatakan kalau ia tak hati-hati. Jae-ha tersenyum puas. Hal ini tak lepas dari pengamatan Hang-ah. Hang-ah meminta semua orang memperkenalkan diri, dimulai dari Kang-seok. Ia berkata ia bertugas di Departemen Pertahanan. Memberikan instruksi pada para komrad yang menjaga garis pertahanan. Sepertinya ini tugas penting atau menakutkan karena semua orang terdiam setelah ia mengatakannya. Jae-ha tersenyum sinis, dalam hatinya ia berkata ia tidak akan takut. Shi-kyeong memperkenalkan diri sebagai kapten Divisi 1 Lanjutan. “Mengapa disebut lanjutan?” tanya Hang-ah tertarik. “Itu…” “Karena dia yang pertama maju menyerang Pyongyang saat perang Korea,” Jae-ha memotong perkataan Shi-kyeong. “Bukankah itu kita, Divisi 7?” tanya Dong-ha. “Bukan, merekalah yang mengibarkan bendera pertama kali,” sahut Jae-ha. Dong-ha dan Jae-ha berdebat mengenai hal itu. Kang-seok tak tahan lagi dan menggebrak meja. “Apa maksudnya dengan menduduki Pyongyang ibukota Korut?” serunya sambil berdiri. “Duduk.” Hang-ah memberi perintah. Kang-seok menurut. Hang-ah memberi tanda agar Young-bae memperkenalkan diri. Young-bae berasal dari Departemen Operasi Taktis. Ia mengucapkannya dengan penuh semangat. Jae-ha berdiri dan menjabat tangan Young-bae dengan ramah. “Benarkah? Aku dari divisi Medan Pertempuran. Kau dari departemen yang mengirim agen rahasia? Tapi divisi kami menghabisi 20 agen rahasia yang kalian kirim sebelumnya. Apakah kau tidak tahu?” “Pangeran,” panggil Shi-kyeong. Ia dan Dong-ha terlihat tak enak hati. Jae-ha tak peduli. Ia berkata ia tidak percaya ada takdir seperti ini. Ia terus berbicara. “Komrad Lee Jae-ha,” panggil Hang-ah. Jae-ha tak mempedulikannya. Dong-ha menarik baju Jae-ha agar berhenti. “Komrad Lee Jae-ha!” Hang-ah mengeraskan suaranya. “Ahjumma…jangan panggil aku komrad.” Jae-ha kembali nyerocos mengajak Young-bae berpelukan. Hang-ah menggebrak meja dan berdiri, “Komrad Lee Jae-ha!!” “Sudah kubilang, aku bukan komrad-mu,” ujar Jae-ha tajam. Mereka bertatapan. Suasana menjadi tegang. Hang-ah menarik nafas dan tersenyum. Lalu ia bertanya dengan lembut, di manakah kamar kecilnya? Jae-ha terpaksa mengantar Hang-ah ke kamar kecil. Ia terus mengomel karena Hang-ah tak berani ke kamar kecil sendirian padahal ia seorang perwira. Mereka berhenti di depan pintu. “Kau bisa menanganinya dari sini, bukan?” ujar Jae-ha. “Aku hanya akan sendirian di sana? Tidak ada siapa-siapa?” tanya Hang-ah dengan gaya cute. “Tidak apa-apa…Kau bisa menggunakannya sepuasmu,” ujar Jae-ha. Hang-ah bertanya bisakah Jae-ha menolongnya melihat apakah ada kamera tersembunyi di dalam kamar kecil. Ia dengar pria Korsel banyak yang suka mengintip. “Kau ini begitu merepotkan. Ayo kita lihat..” Jae-ha masuk dan memeriksa setiap toilet. “Lihat…tidak ada apa-apa kan?” Ia berbalik dan melihat Hang-ah berdiri dengan tangan memegang kunci pintu. Jae-ha terkejut. Klik, Hang-ah mengunci pintuya Jae-ha bertanya mengapa Hang-ah mengunvi pintu. Hang-ah maju dan menjegal Jae-ha hingga jatuh ke lantai. Lalu ia mengambil tongkat dan menyodok perut Jae-ha dengan tongkat itu. Jelas Jae-ha sama sekali bukan tandingan Hang-ah. “Aku sedikit terlambat memperkenalkan diri, aku adalah Instruktur Brigade Penembak Jitu Tentara Rakyat Korea, Kim Hang-ah. Di negaramu kami disebut satuan khusus.” Mendengar itu Jae-ha terkejut. Hang-ah menghempaskan Jae-ha ke lantai. “Apa kau pikir aku ingin menjadi komrad-mu? Mereka menghabiskan waktu lama untuk mengajari kami mengenai negaramu. Kau tahu apa yang mereka ajarkan? Musuh negara Lee Jae-ha. Bunuh begitu melihatnya.” Hang-ah tersenyum. Jae-ha terpana. Komentar Wah sepertinya tidak mudah menerjemahkan percakapan dalam aksen Korea Utara karena aku banyak menemukan perbedaan dalam berbagai versi substitle. Akhirnya aku harus menerka-nerka mana yang benar. Mudah-mudahan tidak salah banyak ya^^ Aku terkesan dengan Raja Lee Jae-kang. Ia benar-benar Raja yang ideal. Ia tidak peduli direndahkan asalkan ia sudah melakukan sesuatu untuk negaranya. Kurasa ia bersikap tegas pada Jae-ha juga karena ia ingin melindungi Jae-ha. Ia tahu Jae-ha tidak akan sanggup hidup di luar istana, itulah sebabnya ia memaksa agar Jae-ha melakukan sesuatu. Hmmm..aku harap Jae-ha menyadari maksud kakaknya sebelum semuanya terlambat. Aku menyukai hubungan mereka sebagai adik kakak yang saling menyayangi. Sejauh ini Jae-ha sangat menjengkelkan. Karena itu akan menarik saat melihat perubahannya kelak. Hang-ah adalah Gil Ra-im versi Korea Utara. Maksudku ia seorang yang tangguh tapi juga girly bahkan lebih girly dari Ra-im. Aku senang ia tidak bersikap tomboi dan dan lebih menonjolkan sisi feminimnya. She’s so cute^^ Para pemeran lainnya juga menarik. Kang-seok yang sangar, Young-bae yang gugup. Dong-ha yang polos. Shi-kyeong…hmmm…menarik… Kurasa ia tidak benar-benar akan menembak Jae-ha. Ia hanya menakut-nakuti dan tak menyangka Jae-ha akan menembak. Shi-kyeong tampaknya tipe yang paling berkepala dingin di dalam tim. Ia orang yang lurus dan mengikuti peraturan. Aku juga menyukai komandan dari Utara. Wajahnya kejam tapi ia tak berdaya menghadapi Hang-ah. Jadi lucu kalau melihat mereka berdua. Alur ceritanya sedikit bisa ditebak tapi mereka mampu menceritakannya dengan humor di sana sini hingga tak terasa berat. Kuharap untuk seterusnya pun demikian^^

Thecrown-prince of South Korea is forced to work alongside a female North Korean military officer. Political and emotional complications lead to an uneasy marriage engagement. Stars Lee Seung-gi Ha Ji-Won Jo Jung-Suk See production, box office & company info 19 User reviews Awards 2 wins & 5 nominations Episodes 20 Browse episodes Top-rated
SinopsisFilm King 2 Heart - fasrcosmo fasrcosmo
Hesets up the first explosive and waits. Kang-seok draws two guys away, successfully killing one on a land mine. Dong-ha waits, and the guard watching Young-bae finally asks if that lighter he picked up is his. Young-bae takes a look, and sees "Yeom Dong-ha" carved into the side of the lighter. THE KING 2 HEARTS" Genre: Drama, Romance, Action Date aired: March 21 - May 24, 2012 No. Of Episodes: 20 STARRING: Ha Ji Won Lee Seung Gi PLOT Set in a fictional present day where South Korea 6I4OmY1.
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/124
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/300
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/358
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/64
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/276
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/17
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/254
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/354
  • pj8gl7h8ig.pages.dev/84
  • sinopsis the king 2 heart